Pasokan bahan bakar terus berkurang setiap harinya, membuat manusia harus punya inovasi untuk mencari pengganti bahan alternatif yang baru. Tampaknya hal itulah yang akhirnya melatarbelakangi dua siswa SMA Negeri 10 Malang yang berhasil menemukan energi alternatif.
Dari temuan tersebut, Nurul dan Nando terus berusaha mengembangkan dan merealisasikan bagaimana hasil temuannya itu bisa menjadi pengganti BBM. "Kami butuh dukungan pemerintah, apalagi sudah terbukti kami bisa meraih medali emas di olimpiade dunia. Tegasnya,,,,,,,,,,,,!!!!!!!!!
Uniknya, energy itu didapatkan setelah memanfaatkan air kencing manusia (urine) yang dipadukan dengan tenaga matahari. Hasilnya, bahan bakar urine bisa untuk menggerakkan mobil.
Penemu energy alternative unik itu adalah dua siswa kelas 11 jurusan IPA SMA Negeri 10 Kota Malang, bernana Nurul Inayah dan Nando Novia. Dari hasil penemuannya, mereka mampu meraih medali emas di ajang kompetisi International Young Inventors Project Olympiad (IYIPO) ke 6 di Georgia. "Penelitian ini kami lakukan selama tiga bulan. Kita memanfaatkan listrik tenaga surya dan kencing manusia atau urine menjadi hidrogen yang menghasilkan listrik untuk menggerakkan mobil," kata Nurul pada wartawan, Kamis (3/5/2012).
"Kalau menggunakan bahan bakar urine ini, mobil mampu melaju dengan kecepatan 60 kilometer per jam. Maksimal satu liter urine menghasilkan listrik untuk melaju sejauh 17 kilometer," imbuhnya.
Ide penelitian tersebut, lanjut Nurul, muncul dari sebuah kasus kecil yang menimpa asrama para siswa yang mendapatkan beasiswa dari Sampoerna Foundation, yang siswanya ditambung di SMA Negeri 10 Kota Malang. "Saat itu pipa saluran air di kamar mandi asrama yang kami tempati bocor. Karena bocor, air kencing yang ada mengalir kemana-mana dan bau. Akhirnya, saya dan Nando berinisiatif untuk meneliti apakah air kencing itu bisa menghasilkan energi alternative, karena baunya menyengat," papar wanita berjilbab ini.
Hasil penelitian tersebut diberi nama "PhotoElectroSystem". Adapun prinsip kerjanya, listrik bertenaga surya disimpan dalam baterai dan dimanfaatkan untuk menggerakkan motor 75 persen, sisanya digunakan dalam proses elektrolisasi. Dengan alat elektrolizer tersebut
elektrolit berupa urine menghasilkan gas hidrogen dan nitrogen sebagai limbah dilepas ke udara.
"Kalau proses elektrolisasi untuk satu liter urine membutuhkan waktu selama 1,5 menit. Selain itu, urine yang digunakan hanya urine dari manusia sehat. Karena jika mengandung unsur gula atau kimia lain akan menganggu proses elektrolisasi," jelasnya.
Meski begitu, tak sembarang urine yang bisa digunakan, jika urine manusia yang punya penyakit kadar gula tinggu, tidak bisa digunakan. "Urine yang diambil tidak terlalu pekat dan tidak terlalu kuning," tuturnya.
Urine dipilih karena proses elektrolisasi lebih efisien hanya membutuhkan catu daya 0,37 volt bandingkan dengan air yang membutuhkan listrik 1,2 volt. Selanjutnyagas hidrogen dialirkan ke fuel cell sehingga terjadi reaksi penggabungan antara hidrogen dan oksigen, sehingga menghasilkan listrik. "Kemudian, tenaga listrik itu, dialirkan ke proton exchange membrane
fuel cell untuk mengikat proton sehingga hanya elektron saja yang disimpan dalam baterai dan menjadi listrik untuk penggerak motor," tutur siswi asal Pasuruan ini.
Dari listrik yang dihasilkan tersebut, telah diujicoba menggerakkan mobil radio kontrol. "Saat ini, kita telah merencanakan alat tersebut ditanam di sebuah mobil," tukasnya.
Untuk merealisasikan alat tersebut, bisa menggerakkan mobil listrik, membutuhkan dana hingga Rp 50 juta. Dana tersebut, lebih murah dibandingkan mobil hybrid seharga Rp 215 juta. Dalam perencanaannya solar cell dipasang di atap mobil, sedangkan elektrolizer dan fuel cell dibenamkan di Chasis Mobil bagian depan pengganti mesin mobil. "Mobil berbahan bakar urine ini menghasilkan daya 100 hp/ 5000 Rpm dengan torsi 125 Nm/ 3800 Rpm," papar Nurul.
Kendaraan dari tenaga bahan bakar urine itu, menggunakan baterai litium 325 volt dan solar cell 200 watt. "Cita-cita kita berdua saat ini, bisa merealisasi mobil listrik berbahan bakar urine itu dengan dukungan dari dana sponsor, karena kita tidak ada dana," keluhnya.
Saat ini pihak sekolah, sedang mengajukan hak paten atas temuan kedua pelajar tersebut. Bahkan jika sudah teruji, nantinya akan membuat semacam SPBU untuk menampung urine itu." Saat ini, urinenya masih ambil dari teman-teman siswa sendiri," kata Nurul sembari tersenyum.